Untuk Kamu Yang Selalu Kusebut Dalam Do’a
Aku yang selalu menutup diri
bahkan hati dari siapapun, sebelum kamu datang dan membukanya. Aku yang dari
awal tahu bahwa semestinya kita tak pernah bisa bersatu. Aku yang seharusnya
tahu bahwa harapan itu harusnya tidak muncul. Meski kini aku runtuh , darimu aku
belajar melepaskan.
Aku yang selalu berharap
hingga akhirnya aku hancur karna harapanku sendiri. Saat kau melepaskan, saat
itulah aku merasa hancur. Aku tahu itu bukan salahmu, aku yang sudah membiarkan
harapan itu tumbuh dengan pupuk yang kau tabur. Saat kau memutuskan untuk
berpisah secara tiba-tiba, setetes tanda perih pun aku lupa. Kalimat terakhir
yang kau ucap sungguh menghancurkan semuanya.
Hampir 365 hari ini. Ikhlas? Tentu
saja belum. Aku hanya mencoba menerima keputusanmu. Belajar mengikhlaskan mu
tentu saja tidak mudah, bagaimana bisa aku mengikhlaskan nama yang selalu
kusebut dalam do’a.
sekarang aku mengerti Sebanyak apapun doa yang
kupanjatkan, sesering apapun namamu ku sebut dalam setiap doa ku, jika Tuhan
belum meridhoi aku bisa apa?