Senin, 01 Maret 2021

 

Untuk Kamu Yang Selalu Kusebut Dalam Do’a

Aku yang selalu menutup diri bahkan hati dari siapapun, sebelum kamu datang dan membukanya. Aku yang dari awal tahu bahwa semestinya kita tak pernah bisa bersatu. Aku yang seharusnya tahu bahwa harapan itu harusnya tidak muncul. Meski kini aku runtuh , darimu aku belajar melepaskan.

Aku yang selalu berharap hingga akhirnya aku hancur karna harapanku sendiri. Saat kau melepaskan, saat itulah aku merasa hancur. Aku tahu itu bukan salahmu, aku yang sudah membiarkan harapan itu tumbuh dengan pupuk yang kau tabur. Saat kau memutuskan untuk berpisah secara tiba-tiba, setetes tanda perih pun aku lupa. Kalimat terakhir yang kau ucap sungguh menghancurkan semuanya.

Hampir 365 hari ini. Ikhlas? Tentu saja belum. Aku hanya mencoba menerima keputusanmu. Belajar mengikhlaskan mu tentu saja tidak mudah, bagaimana bisa aku mengikhlaskan nama yang selalu kusebut dalam do’a.

sekarang aku mengerti Sebanyak apapun doa yang kupanjatkan, sesering apapun namamu ku sebut dalam setiap doa ku, jika Tuhan belum meridhoi aku bisa apa?

Sabtu, 19 September 2020

200920;02.44

Terimakasih, untuk segalanya.

Rasanya sudah berkali kali aku katakan, bahwa aku selalu ingin bersamamu. Menjalani hari hari berdua bersama, saling support, saling menjaga.

Kalimat “I love you” yang selalu kamu ucapkan lewat telepon, yang selalu kamu ucapkan setiap bertemu dan selalu kamu kirim lewat chat.

Lantas apa ini? Ketika cinta kita diuji, kesetiaan dan kejujuran, kamu malah tidak perduli. Ketika aku berjuang dan berkorban sendirian demi cinta kita, namun malah ini yang kudapat? Kamu pergi meninggalkanku demi wanita lain, seolah-olah aku tidak pernah ada.

Tak pernahkah terpikirkan apa yang sudah aku lakukan dan korbankan hanya untuk bisa bersamamu?

Baby, apakah ini rasanya menyerah? Apakah ini rasanya putus asa? Apakah ini rasanya sudah bosan?

Aku tak mengerti lagi. Ucapan manis yang kamu utarakan setiap hari, apa kamu pikir itu bisa menggantikan rasa cintaku yang paling besar untuk mu? Aku katakan itu tidak akan pernah.

Tapi tetap saja, hukum alamnya yaitu “sesuatu yang berharga adalah sesuatu yang kita genggam”. Jadi apakah aku ini berharga?

Jika iya, mengapa kamu meninggalkanku.

Seberapa pentingnya kah aku menurutmu?  Apakah aku ini seperti kucing peliharaanmu itu. Kucing yang kamu pelihara hanya karena ingin saja.

Satu lagi.

Pernahkah kamu memikirkan perasaanku ketika kamu menyebut orang-orang yang pernah mengisi hatimu, orang-orang yang menjadi tipe mu.

Aku tak mau mendengarnya, tentu saja.

Aku selalu menghabiskan waktu untuk berpikir, mengapa orang orang itu bukan aku? Mengapa aku harus dikalahkan dengan keadaan? Mengapa aku yang harus selalu mengerti kamu?

Baby, aku curahkan kekesalan ini kedalam tulisanku, karena dengan menulis aku bisa menampar seseorang.

Dan iya aku berhasil menampar amarahku sendiri.

Dulu, aku selalu berharap kita bisa bertukar tubuh hanya untuk satu hari, agar kamu bisa merasakan bahwa aku mencintaimu. Hanya kamu yang sulit aku jelaskan dalam hidupku. Tidak realistis, tidak masuk akal.

Asal kamu tahu, sesudah aku bertemu dengan mu, setiap momen diisi dengan “kali pertama”.

 Terimakasih sudah hadir.

Aku tidak pernah menyesal, aku senang berpegangan tangan mu.

Karena kamu, aku menjadi seseorang yang bisa tersenyum bahkan saat sendirian.

Terimakasih. Aku bahagia. Aku tak pernah melupakanmu, aku mengingatmu.

Night. 

Menunggu Dalam Diam

 

Menunggu Dalam Diam

 

Entah harus dari mana aku memulai cerita ini

Aku yang masih mencintaimu dalam diam

Menahan semua rindu yang berdatangan

 

Masih adakah dalam ingatanmu,

Tentang aku yang kau ajarkan untuk setia.

 

Ingin rasanya aku bertemu dengan mu

Tapi, menghubungi mu saja aku tak mampu

Lalu, aku harus bagaimana?

Ketika aku tak bisa melakukan apapun

Ketika aku hanya bisa menunggu

 

Pernahkah kau berfikir, bahwa kau tak pernah melakukan kesalahan apapun?

Tanpa kau sadari,

Mengenal tentangmu membuatku tau apa arti perjuangan dan kesetiaan

Membuatku tau bagaimana rasanya menaruh hati yang nyatanya tak memberikan kebahagiaan.

 

~R’sa

Tak Apa

 

Tak Apa

 

Tak apa,

Jika kamu memilih dia daripada aku

Tak apa,

Jika kamu bersama dia, yang menurut mu

Lebih pantas daripada aku

 

Tak apa,

Jika cintaku  kau abaikan

Tak apa,

Jika perjuangan dan pengorbanan ku tak kau hargai

 

Tak apa

Jika luka ini membekas di hati yang paling dalam

Tak apa,

Jika rindu ini selalu menghampiri ku setiap hari

 

Tak apa,

Aku baik baik saja

Meski, aku benci hati ini

Yang sudah kesekian kali disakiti namun tak bosan untuk tetap menunggu.

 

~R’sa

Kamu Pergi ketika aku sedang Berjuang

 

Kamu Pergi ketika aku sedang Berjuang

 

Selamat malam seseorang

Masih ingat aku kah?

Ya, aku yang selalu berjuang dan berkorban demi kamu

 

Aku pernah memiliki seseorang yang aku kira bisa untuk selamanya

Ternyata, itu hanya sementara

Waktu kamu pergi itu aku sedang berjuang sekeras kerasnya demi kita

Hampir semua yang kamu inginkan aku penuhi

Semua yang kamu butuh, aku berikan

Tapi kamu tidak pernah melihat usahaku memenuhi mu

 

Kenapa? Aku salah apa?

Rasanya semua yang aku berikan hanya sia-sia

 

Kamu tidak tau kan?

Aku kehilangan diriku demi menjadi seseorang yang kamu mau

 

Kamu egois, kamu tidak punya rasa

Coba kamu bayangkan usahaku untuk berubah

 

Terimakasih yah, sudah mengajarkan ku bagaimana namanya berjuang tanpa dilihat

 

~R’sa

Kamu yang terlalu Dalam

 

Kamu yang terlalu Dalam

 

Teruntuk kamu , orang yang selalu aku prioritaskan

Aku tau, cerita kita kini sudah berakhir

Kamu yang memilih pergi untuk mencari kebahagiaan yang lain

Dan aku yang masih memilih untuk menunggu

 

Kamu tau, kamu berhasil berada di posisi terdalam dalam hidup aku

Kamu terlalu dalam, sehingga aku masih belum bisa melepasmu begitu saja

Maaf.

Kamu tau, kamu satu satunya alasanku bisa tersenyum

Dan aku tau, kita tidak untuk selamanya

Tapi kamu sudah berhasil untuk menjadi yang pertama

Seseorang yang datang ketika aku sedang tidak baik baik saja

Seseorang yang selalu memberiku pelukan hangat yang menenangkan

Sedalam itu kamu di hidupku

 

Maaf, kalo aku masih belum bisa pergi dari hidup mu

Sekalipun kamu yang pergi,

Tolong beri aku ruang , agar aku tetap bisa disampingmu

Walaupun hanya untuk sekedar mengucapkan selamat tidur setiap malam

Kamu terlalu dalam, dan akan tetap selamanya disana

Karena kamu, aku berhasil tersenyum bahagia

Kuharap kita bisa seperti itu lagi.

Masa dimana aku menjadi yang pertama dihidup mu

Dan kamu menjadi yang utama dalam hidupku

 

Maaf kalau aku egois.

Karena aku tidak bisa mencintai hati selain kamu

 

Jangan pergi

Aku mohon

Aku serius.

Jujur aku tidak bisa mencintai yang lain lagi.

 

 

~R’sa

 

Rumah itu Masih Kamu

 

Rumah itu Kamu

 

Selamat malam kamu,

Kamu yang dulu pernah datang.

Kini, secepat itu yak waktu mengubah kita

Dan waktu pernah sejahat itu menemukan kita

Apa aku salah, kalau aku berharap kamu datang dan menenangkan

 

 

Jujur sampai sekarang aku belum mengerti, dulu kita ini apa?

Kamu yang memelukku terlalu dalam , ketika kamu kehilangan

 

Sekarang, Saat kamu benar benar pergi, aku belum siap untuk mengejar

Pergimu begitu mendadak

 

Kamu terlalu hebat, hadirmu terlalu singkat

Aku rindu, saat aku ditenangkan ketika rapuh

Sehebat itu kamu membuat ku

Sekarang aku sudah akrab dengan rindu

Maaf kalau aku masih berharap

Jujur, aku susah bahkan menutup rapat seseorang untuk masuk kerumahku

Tapi tidak untuk kamu, kamu berhasil singgah dan menetap terlalu dalam

 

 

~R’sa